Pendekatan, Metode dan Tehnik Bimbingan Konseling
BAB I
PENDAHULUAN
Segala Puji bagi Allah SWT yang
telah memberikan manusia limpahan nikmat dan petunjukNya. Sebagaimana yang
termaktub pada AlQur’an dan Hadits. Petunjuk lurus dan jalan yang diRidhaiNya.
Demikian juga pemakalah bersyukur kepadaNya yang telah memudahkan pemakalah
dalam menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
senantiasa dihaturkan pada junjungan agung nabi Muhammad SAW, para sahabat,
keluarga dan para pengikutnya sampai hari kiamat. Tidak lupa kepada Bapak Dosen
yang sudah membimbing kami hingga selesailah makalah kami.
Dilihat dari sejarahnya, konseling
berkaitan erat dengan pemberian nasihat. Suatu keingituk membantu oranglain
dengan memberikan nasihat namun kenyataannya tidak sederhana seperti yang
diperkirakan. Dalam usaha merumuskan sesuatu tidak terhindar dari usaha seorang
konselor untuk mendekati kliennya guna menentukan cara terbaik dalam merumuskan
metode terbaik bagi kliennya. Lebih lanjut dalam makalah ini pemakalah berusaha
menyajikan data sevalid mungkin dengan sumber reverensi yang juga valid. Ntunya
dalam penulisan ini terdapat banyak keterbatasan dan kekeliruan, tapi pemakalah
telah berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir kekurangan tersebut. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah kami. Dan semoga apa yang pemakalah sajikan bisa memberi manfaat bagi
kita semua. Amin.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN,
METODE DAN TEHNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian
Pendekatan, Metode dan Tehnik Bimbingan dan Konseling
Kata Pendekatan
terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal,
usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan.[1][1] Jadi Pendekatan
Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Metode dalam
pengertian harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk
mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang
berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki
dari metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga,
administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung,
bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga
dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan
pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara
pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes
psikologis, sosiometri dan lain sebagainya.[2][2]
Sedangkan tehnik
adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan
sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah
Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan
kegiatan Bimbingan dan Konseling.[3][3]
B.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling.
Dalam
melaksanakan kegiatan BK ada beberapa pendekatan, antara lain :
1.
Pendekatan Non-Direktif
2.
Pendekatan Rasional-Emotif
3.
Pendekatan Analisis Transaksional
4.
Pendekatan Klinikal
1. Pendekatan Non Direktif
A.1.1
Hubungan Non Direktif
konselor
sekolah berusaha untuk mendorong klien mengungkapkan segala kekesalannya,
kekecewaannya dan perasaan-perasaan tidak tenangnya. Secara
perlahan-lahan konselor juga mendorong klien untuk mencurahkan perasaan
positifnya serta mengadakan penilaian terhadap pola berpikirnya dari pola pikir
orang lain, serta menilai perbuatannya dari perbuatan orang lain. Dialog
diakhiri dengan tumbuhnya keinginan klien untuk membicarakan masalahnya dengan
kedua orang truanya.
B.1.2. Tujuan Pendekatan Non-Direktif
a. Membebaskan klien dari berbagai
konflik psikologis yang dihadapinya
b. Menumbuhkan kepercayaan pada diri
klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik bagi
dirinya tanpa merugikan orang lain.
c. Memberikan kesempatan kepada
klien untuk mempercayai orang lain dan siap menerima pengalaman orang lain yang
bermanfaat baginya.
d. Memberikan kesadaran kepada klien
bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu lingkungan social budaya yang luas
tetapi ia masih tetap memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.
e. Menumbuhkan keyakinan pada klien
bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (process of becoming).
B.1.3. Kebaikan-kebaikan Pendekatan
Non-Direktif.
Penggunaan pendekatan ini akan
banyak membantu apabila :
a. Klien mengalami kesukaran emosional
dan tidak dapat menganalisis secara raional dan logis.
b. Konselor memiliki kemampuan yang
cukup tinggi untuk menangkap penghayatan emosi dalam mengungkapkan masalah dari
klien dan memantulkan kembali kepada klien dalam bahasa dan tindakan yang
sesuai.
c. Pendekatan ini sangat baik
digunakan jika klien memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri dan
mengungkapkan perasaan-perasaan serta pikiran-pikirannya secara verbal.
d. Pendekatan ini cocok digunakan
sebab masalah yang dihadapi klien tetap menjadi tanggung jawab klien sendiri,
walaupun konselor memberikan bantuan-bantuan berupa pertanyaan penggali, ajakan
menekankan supaya klien memusatkan perhatian pada refleksi ini.
B.1.4. Kelemahan Pendekatan
Non-Direktif
a. Cara pendekatan ini menyita banyak
waktu bila wawancara konseling tidak terarah.
b. Kemampuan dan keberanian klien untuk mengungkapkan
secara verbal seluruh permasalahannya sangat terbatas.
c. Kesukaran-kesukaran klien dalam
menerima dan memahami diri sendiri.
d. Pendekatan ini menuntut sifat dan
sikap kedewasaan dari klien.
e. Kesukaran-kesukaran konselor dalam aspek klinis sering
merupakan masalah, karena konselor belum terlatih dalam masalah psikologis.
B.2.
Pendekatan Rasional-Emotif
Teori
Konseling Rasional Emotif dengan istilah lain dikenal dengan "rasional-emotif
therapy" yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Clinikal
Psychology (Psikologi klinis).
Tujuan dari
RET Albert Ellis pada intinya ialah untuk mengatasi pikiran yang tidak logis
tentang diri sendiri dan lingkungannya. Konselor berusaha agar klien makin menyadari
pikiran dan kata-katanya sendiri, serta mengadakan pendekatan yang tegas,
melatih klien untuk bisa berpikir dan berbuat yang lebih realistis dan
rasional.
Penerapan
pendekatan ini sangat ideal apabila diterapkan di sekolah, terutama oleh guru,
konselor, atau guru pembimbing yang berwibawa. Guru pembimbing yang berwibawa
akan mampu membantu siswa yang mengalami gangguan mental untuk mengarahkan
secara langsung pada para siswa yang memiliki pola berpikir yang tidak
rasional, serta mempengaruhi cara berpikir mereka yang tidak rasional untuk
meninggalkan anggapan yang keliru itu menjadi rasional dan logis.
Guru melalui mata pelajaran yang diajarkan kepada siswanya secara langsung
bisa mengaitkan pola bimbingan yang terpadu untuk mempengaruhi para siswanya untuk segera meninggalkan tindakan, pikiran,
dan perasaan yang tidak rasional.
B.3.
Pendekatan Analisis Transaksional
Prinsip-prinsip
yang dikembangkan melalui analisis transaksional diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1956 oleh Eric Berne, dan kemudian disusul dengan pembahasan yang
mendalam di depan Regional Meeting of The American Group Psychotherapy
Association di Los Angeles, buolan November 1957, yang berjudul: "Transactional
Analysis: A New and EffectiveMethod Group Therapy".
Prinsip-prinsip
yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya
untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri,
pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi
dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.
B.3.1. Tujuan Analisis
Transaksional :
1.
Tujuan pertama, konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran)
status ego yang berlebihan.
2.
Konselor berusaha membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan
semua status egonya yang cocok.
3. Konselor berusaha membantu klien di dalam
mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya
adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu.
4. Tujuan terakhir dari konseling adalah membantu
klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok serta
menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
B.4.
Pendekatan Klinikal
Konseling
Klinikal berkembang diawali dari konsep konseling jabatan (vocational
counseling), yang menitikberatkan pada kesesuaian pendidikan dengan
jabatan(vocational). Konseling jabatan pertama-tama dirintis dan
diperkenalkan oleh Frank Parson (1909) yang menekankan kepada tiga aspek
penting, yaitu : (1) pemahaman yang jelas tentang potensi-potensi yang dimiliki
individu termasuk di dalamnya ialah tentang bakat, minat, kecakapan,
kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya. (2) pengetahuan tentang
syarat, kondisi, kesempatan dan tentang prospek dari berbagai jenis pekerjaan
atau kerir, (3) penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut.
Istilah klinikal, apakah dalam arti diagnosis klinikal maupun konseling
klinikal adalah merupakan kerangka acuan kerja, yang mendasarkan pada konsep
bahwa konselor bukanlah semata-mata piñata dan pelaksana tes, tetapi dia juga
bekerja menghadapi individu sebagai pribadi seutuhnya. Jadi, ini
berarti bahwa konseling klinikal didasari pada pandangan tertentu tentang
hakiukat manusia.
B.4.1.
Tujuan Konseling Klinikal
a. Klien yang perlu mendapat bantuan
adalah siswa yang menghadapi masalah yang tidak dapat memcahkan masalahnya
sendiri. Untuk dapat membantu siswa dalam memecahkan masalahnya, konselor harus
memahami dengan seksama seluk beluk dan liku-liku masalah yang dihadapi oleh
siswa sebagai suatu dasar bagi konselor dalam menentukan tehnik atau pendekatan
yang tepat. Jadi peranan langkah diagnosis di sini memegang peranan penting.
b. Karena pada dasarnya konseling klinikal merupakan suatu proses
personalisasi dan individualisasi, maka tujuan dari konseling adalah untuk
membantu siswa mempelajari, memahami, dan menghayati dirinya sendiri serta
lingkungannya, serta melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman
diri, perwujudan cita-cita dan penemuan identitas diri.
Ø Tujuan lain dari pendekatan konseling klinikal adalah agar individu mampu
belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Untuk
mencapai tujuan ini, pola hubungan yang penuh dengan keakraban, bersahabat,
perhatian, dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain perlu ditanamkan
dalam proses hubungan konseling.
B.4.2. Langkah-langkah
Pendekatan Klinikal
- Langkah Diagnosis I yaitu konselor berusaha mengumpulkan dari berbagai sumber dan dari berbagai pihak yang diduga ada relevansinya dengan masalah yang dihadapi siswa.
- Langkah Sintesis ialah suatu langkah untuk membuat suatu rangkuman data diatas, sehingga tampak jelas hal-hal unik yang berhubungan dengan masalah siswa.
- Langkah Diagnosis II yaitu kegiatan untuk menyusun gambaran kondisi siswa. Dengan tersusunnya gambaran kondisi sehingga tampak dengan jelas masalah apa yang sedang dialami siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut.
- Langkah Prognosis adalah suatu usaha untuk memilih alternatif tindakan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi sendiri masalahnya.
- Langkah Treatment atau penyembuhan adalah pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa.
- Langkah Follow Up (lanjutan) ialah membantu siswa melaksanakan rerncana tindakan langkah awal sampai terakhir sedangkan klien itu sendiri kelihatan aktif pada waktu terjadi hubungan wawancara konseling saja.[4][4]
C. Metode Bimbingan dan
Konseling
Ø Ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam bimbingan dan konseling,
antara lain:
1) Wawancara,
adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan
bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada
saat tertentu yang memerlukan bantuan.
2) Metode Cumulative Records, Segala fakta yang
diperoleh dari anak bimbing dicatat secara teratur dan rapi di dalam buku
catatan (cumulative records) untuk anak bimbing yang bersangkutan serta
disimpan baik-baik sebagai dokumen penting. Pada saat dibutuhkan, catatan
pribadi tersebut dianalisis dan diidentifikasi untuk bahan pertimbangan tentang
metode apakah yang lebih tepat bagi bantuan yang harus diberikan kepadanya.
3) Metode Group-Guidance (Bimbingan Kelompok), yaitu cara pengungkapan
jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok, seperti ceramah,
diskusi, seminar, symposium atau dinamika kelompok dan sebagainya. Metode ini
menghendaki agar setiap anak bimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan
teman-temannya, melakukan hubungan interpersonal satu sama lain dan bergaul
melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan pembinaan
pribadi masing-masing.
4) Metode Non-Direktif (cara yang tidak mengarahkan),
metode ini dibagi 2 yaitu :
a) Client-centered, yaitu cara pengungkapan batin yang
dirasakan menjadi penghambat anak bimbing dalam belajar dengan system pancingan
yang berupa satu-dua pertanyaan yang terarah. Selanjutnya klien diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk menceritakan segala peristiwa yang menekan batin yang
disadari menjadi hambatan jiwanya. Pembimbing bersikap memperhatikan dan
mendengarkan serta mencatat point-point penting yang dianggap rawan untuk
diberi bantuan.
b) Metode client
centered yaitu pengungkapan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan dengan
mengkorek sampai tuntas sumber hambatan dan ketegangan. dengan cara client
centered, yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan yang motivatif dan
persuasive (meyakinkan) untuk mengingat-ingat, serta didorong untuk berani
mengungkap perasaan tertekan sampai ke akar-akarnya.
5) Metode Psikoanalitis
(penganalisaan psikis)
Metode ini berasal dari teori psiko-analisa Freud yang dipergunakan untuk
mengungkapkan segala tekanan perasaan, terutama perasaan yang tidak disadari.
Menurut teori ini manusia yang senantiasa mengalami kegagalan usaha dalam
mengejar cita-cita atau keinginan, menyebabkan timbulnya perasaan tertekan yang
makin lama makin membengkak. Bilamana tumpukan perasaan gagal tersebut
tidak dapat diselesaikan, maka akan mengendap ke dalam lapisan bawah sadarnya.
Pada saat tertentu perasaan tertekan ini dapat muncul kembali ke permukaan
dalam berbagai bentuk, antara lain berupa mimipi-mimpi yang menyenangkan atau
mengerikan, atau tingkah laku yang serba salah yang tidak disengaja/disadari,
misalnya salah ucap, salah mengambil benda, salah tulis dan sebagainya.
Untuk memperoleh data-data
tentang jiwa tertekan bagi penyembuhan klien tersebut, diperlukan metode
psikoanalitis yang menganalisa gejala tingkah laku baik melalui mimpi atau
tingkah laku yang serba salah tersebut dengan menitikberatkan pada perhatian
berulang-ulang.
6) Metode Direktif, bersifat
mengarahkan kepada anak bimbing untuk berusaha mengatasi kesulitan yang
dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada anak bimbing ialah dengan memberikan
secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sumber
kesulitan yang dihadapi anak bimbing.
7) Metode Sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan
untuk mengetahui kedudukan anak bimbing dalam berhubungan kelompok. Sosiometri
merupakan tehnik penggambaran struktur hubungan yang ada di dalam bentuk
sosiogram. Sosiogram adalah hasil pengukuran atau tes terhadap sekelompok
anak-anak yang dilakukan menurut tehnik sosiometris yang digambarkan dalam
bentuk diagram.
Kegunaan sosiometri bagi konselor yang paling penting ialah bahwa dengan
sosiometri tersebut dapat diidentifikasikan mana anak yang sangat memerlukan
bantuan dalam penyesuaiannya terhadap kelompok. Sosiometri ini akan dapat
memberikan ramalan tentang sosialisasi yang akan berkembang di luar sekolah
atau masyarakat di masa dewasa juga kepemimpinan siswa nanti dalam masyarakat
dapat diramalkan.[5][5]
D. Tehnik Bimbingan dan
Konseling
Pada
dasarnya tehnik-tehnik pengenalan dan pemahaman individu dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu :
1) Tehnik Non Testing
D.1. Tehnik
Non Testing
Tehnik Non
Testing adalah tehnik-tehnik pengumpulan data dengan menggunakan alat yang
bukan test. Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak dapat
dikumpulkan dengan tehnik testing. Penggunaan tehnik ini perlu diutamakan
karena alat-alat tersebut dapat diusahakan sendiri oleh konselor atau petugas
bimbingan di sekolah.
Tehnik non
testing ada bermacam-macam jenisnya, antara lain :
a. Tehnik wawancara, adalah suatu proses pembicaraan dalam suatu situasi
komunikasi langsung (face to face relationship) antara pewawancara dan yang
diwawancarai dalam hal mana kedua belah pihak saling memberikan dan atau
menerima informasi tentang persoalan-persoalan yang dibicarakan. Sedangkan
dalam bidang bimbingan dan konseling , wawancara dapat mempunyai berbagai
tujuan, seperti (a) pengumpulan data, (b) menciptakan hubungan baik, (c)
memberi pertolongan.
b. Tehnik Observasi, adalah tehnik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja dengan menggunakan alat indera
(terutama mata) dan pencatatan terhadap gejala perilaku yang diselidiki. Alat
indera merupakan alat utama dalam observasi, oleh karena itu agar observasi
dapat berhasil maka dituntut kemampuan menggunakan alat indera dengan
sebaik-baiknya. Kesengajaan itu bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah bagi
yang melakukan observasi, sedangkan sistematis merupakan cirri kerja ilmiah.
Gejala-gejala perilaku individu perlu diselidiki bilamana kita ingin memahami
kondisi kepribadian seseorang individu. Oleh karena itu tehnik observasi sangat
tepat untuk memahami perilaku individu.
c. Tehnik Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang ingin
diselidiki atau responden. Dengan mempergunakan kuesioner akan dapat diperoleh
fakta-fakta atau opin-opini. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner sangat
tergantung pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini akan mempunyai
pengaruh terhadap bentuk dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner itu.
Kuesioner berfungsi sebagai tehnik pengumpul data dan juga sebagai alat
pengumpul data.
d. Tehnik Dokumentasi, yaitu tehnik
yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dengan usaha mempelajari dan
membuktikan laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas
penjelasan dan pemikiran yang bertalian dengan keperluan yang dibutuhkan.
Dokumen tersebut dapat diambil dari buku pribadi, buku rapor dandaftar presensi.
e. Pemeriksaan fisik dan kesehatan,
yang dapat dilakukan secara periodic, misalnya satu bulan atau satu semester
sekali.dapat juga dalikukan secara insidentil (sewaktu-waktu) sesuai kebutuhan
atau masalah yang dihadapi. Data tentang pertumbuhan jasmani atau kesehatan
dapat dipergunakan sebagai pedoman guru atau konselor di dalam membantu murid.
f. Tehnik Biografi, yaitu tehnik
pengumpulan data dengan menggunakan bahan-bahan yang berwujud tulisan mengenai
kehidupan subjek yang diselidiki , baik yang ditulis sendiri maupun oleh orang
lain. Bahan-bahan
biografis yang banyak dipergunakan dalam pengumpulan data adalah : biografi,
autobiografi, buku harian, kenangan masa muda dan case history.
g. Tehnik home visit (kunjungan
rumah), adalah suatu tehnik bimbingan dimana konselor atau guru mengadakan
kunjungan ke rumah orang tua murid dengan tujuan untuk lebih mengenal dan
memahami lingkungan hidup murid dalam keluarga dan keterangan-keterangan lain
tentang murid.
h. Tehnik Sosiometri dikemukakan
oleh Moreno yang bertujuan untuk meneliti saling hubungan antara anggota
kelompok di dalam suatu kelompok. Dengan kata lain sosiometri banyak
digunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok. Dengan sosiometri
maka akan dapat diketahui kesukaran seseorang dalam kelompoknya, baik dalam
pekerjaan, belajar di sekolah maupun teman-teman bermain, menyelidiki
ketidaksukaan terhadap teman kelompoknya.
i. Tehnik Case Study adalah suatu
tehnik untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam,
dengan tujuan membantu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Studi
kasus bersifat integrative artinya dalam mengumpulkan data menggunakan berbagai
macam pendekatan misalnya wawancara, observasi dan lain-lain. Studi kasus juga
bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi berbagai aspek
kepribadian misalnya data tentang latar belakang sosial, latar belakang keluarga
dan lain-lain.
j. Tehnik Case Conference adalah pertemuan yang direncanakan untuk membahas
keadaan dan masalah seseorang atau beberapa orang. Tujuannya adalah untuk lebih
mengenal dan memahami anak yang mengalami kasus agar dapat diberikan
pertolongan secara tepat. Yang ikut menghadiri dalam case conference adalah
konselor, wali kelas, kepala sekolah, guru dan ahli lain yang dianggap perlu,
kadang-kadang orang tua diundang jika dalam pembahasan kasus menuntut kerja
sama dari orang tua.
D.2. Tehnik Testing.
Tehnik tes
tediri dari bermacam-macam tes, diantaranya :
1. tes kemampuan
2. tes prestasi
3. tes bakat
4. tes minat
5. tes kepribadian.
Ø Penggunaan tes bagi konselor berfungsi untuk :
1. mengetahui kemampuan, minat,
bakat, kepribadian individu/siswa sehingga dapat dipahami kekuatan dan
kelemahannya yang nantinya menjadi bahan dalam pemberian bantuan.
2. membantu memperkirakan
kemungkinan-kemungkinan untuk menuju sukses sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan siswa.
3. membantu siswa dalam mengambil keputusan dasar yang
berkenaan dengan perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan
siswa yang berkenaan dengan hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan dengan hasil
tes yang ada.
4. menggunakan tes untuk diagnosis
masalah siswa, maksudnya masalah-masalah siswa dikenali dan direncanakan untuk
dapat ditetapkan dalam usaha perbaikannya.
DAFTAR PUSTAKA
- Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,Hal. 237
- Prof. H.M. Arifin, M.ed. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling, Hal. 196-204
- Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK Di Sekolah,Hal. 66-180
- Drs. Mungin Eddy Wibowo, Tahnik Bimbingan dan Konseling jilid I, Hal. 17-94
- http://juddinarea.blogspot.com/2011/04/pendekatan-metode-dan-tehnik-bimbingan.html